Kembali ke Berita

Kolaborasi, Inovasi, dan Disiplin Kunci Utama Tranformasi STMKG Menuju Indonesia Emas

16 January 2025

Dwi Herlambang

Berita

Kolaborasi, Inovasi, dan Disiplin Kunci Utama Tranformasi STMKG Menuju Indonesia Emas

Jakarta, 16 Januari 2025 – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan pentingnya kolaborasi, inovasi, dan disiplin dalam transformasi Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG) sebagai kunci utama menuju Indonesia Emas 2045.

“Lulusan STMKG harus bisa menerapkan pentingnya data, information, knowledge, dan wisdom. Pendidikan di STMKG dasarnya adalah pemahaman tentang bagaimana mendapatkan data, mengolah data, untuk menjadi level berikutnya yaitu informasi, pengetahuan, dan kearifan,” kata Dwikorita dalam Workshop Transformasi STMKG Menuju Indonesia Emas di Ruang Kuliah Umum STMKG, Tangerang, Kamis (16/1).

Lebih lanjut, pemahaman data menjadi dasar yang harus ditekenkan dalam pembelajaran di STMKG. Data yang dianalisis oleh para ahli akan menjadi informasi yang berguna bagi keselamatan masyarakat dan pemerintah sebagai pemangku kebijakan dalam hal mitigasi. Pada akhirnya, data tersebut juga menjadi pijakan berinovasi dalam menjawab tantangan zaman.

Di sisi lain, dalam tranformasi, STMKG diharapkan menekankan kolaborasi antar sesama. Kolaborasi ini tidak hanya berfokus ke luar negeri namun juga di dalam negeri bahkan di lingkup internal STMKG itu sendiri. Misalnya, melakukan kolaborasi antar dosen sebagai tenaga pendidik dan antar program studi meteorologi, klimatologi, geofisika, dan instrumentasi.

“Bangun satu research umbrella, lintas disiplin, akhirnya yang konflik akan menjadi sahabat. Atau buat suatu program di mana membutuhkan orang-orang yang tidak kompak jadi bisa bersatu. Transformasi itu bagian dari kolaborasi yang lintas tadi,” ujarnya.
STMKG sendiri memiliki peran strategis dalam mendukung tugas BMKG melalui penyediaan tenaga ahli yang kompeten di bidang meteorologi, klimatologi, geofisika, dan instrumentasi. Sebagai bagian integral dari BMKG, STMKG diharapkan dapat menjawab tantangan global yang semakin kompleks, seperti perubahan iklim, intensifikasi bencana hidrometeorologi, dan perkembangan teknologi yang begitu cepat.

Transformasi STMKG menjadi Center of Excellence adalah sebuah keniscayaan untuk memastikan bahwa STMKG tidak hanya relevan di tingkat nasional tetapi juga mampu bersaing di kancah internasional. Transformasi ini memerlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk inovasi kurikulum, penguatan Tridharma Perguruan Tinggi, serta kolaborasi nasional dan internasional.

“Insyaallah peradaban kita akan semakin maju, lulusan yang inovatif disertai keluhuran hati dan budi. Kalau nggak disertai itu akan seperti bom atom, di mana inovasi tanpa keluhuran hati dan budi menjadi konflik,” ujarnya.

Di sisi lain, Dwikorita mengajak seluruh civitas STMKG untuk mengenal jatidiri—dan memahami apa yang dibutuhkan Indonesia atas eksistensi BMKG. Sebagaimana BMKG harus eksis berdiri untuk menjadi pandu bagi Ibu Pertiwi dalam menyelematkan rakyat, pulau, dan laut demi kesejahteraan.

“Kalau ini dipahami maka peradaban kita akan maju. Hal ini sudah tercermin dalam baik lagu Indonesia Raya di mana selamatlah rakyatnya serta dijalankan dengan antikorupsi,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie menyatakan peran penting BMKG terhadap bermaman isu di Indonesia seperti halnya ketahanan pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Kemampuan BMKG dalam memrediksi dan mengetahui perubahan iklim serta cuaca sangat krusial pada ketahanan pangan dan kemampuan Indonesia dalam meningkatkan produksi pangan.

“Data World Bank untuk Indonesia dalam 10 tahun terakhir yield per hectare dari tanaman pangan kita baik hortikultura maupun tanaman lainnya menurun. Penurunan ini karena pangan kita rentan terhadap perubahan iklim,” kata Stella.

Berdasarkan fakta tersebut, Stella melihat pentingnya BMKG riset, analisis, dan monitoring data BMKG dalam penanganan perubahan iklim untuk mengantisipasi dan memprediksi perubahan yang terjadi begitu cepat.

Pun, jika memikirkan paradigma apa yang perlu ditekankan di dalam perguruan tinggi utamanya di STMKG ialah perlunya pendalaman riset sehingga Indonesia bisa mengejak perubahan-perubahan yang terjadi. Peningkatan riset ini sangat penting dalam upaya pencegahan dan prediksi iklim di masa depan.

Stella juga menitipkan beberapa pesan terhadap transformasi STMKG yaitu pertama data yang dimiliki BMKG sangat berharga dan bisa dimanfaatkan pada saat proses belajar mengajar. Kedua, untuk meningkatkan relevansi proses belajar mengajar STMKG bisa menggunakan problem dan isu yang sudah diketahui di Indonesia baik secara local maupun nasional sebagai mata pelajaran untuk tugas dan pengajar.

Ketiga, perlunya kolaborasi dalam hal penyelesaian masalah negara dalam mendukung visi-misi Presiden dalam hal ketahanan pangan, air, dan energi agar menciptakan pelaku-pelaku inti seperti BMKG dalam memecahkan masalah dengan saintifik.

Berita Lainnya

Rapat Evaluasi Kurikulum: Mewujudkan STMKG sebagai Center of Excellence

Rapat Evaluasi Kurikulum: Mewujudkan STMKG sebagai Center of Excellence

Komisi V DPR RI Tetapkan Efisiensi APBN Tahun Anggaran 2025 Bersama Mitra Kerja

Komisi V DPR RI Tetapkan Efisiensi APBN Tahun Anggaran 2025 Bersama Mitra Kerja

Stasiun Geofisika Malang Terima Kunjungan SMA Surya Buana

Stasiun Geofisika Malang Terima Kunjungan SMA Surya Buana