
Kembali ke Berita
BMKG Perkuat Mitigasi Bencana di Ponorogo Melalui Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami
15 October 2025
Dwi Herlambang
Berita

Ponorogo, 15 Oktober 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyelenggarakan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) 2025 di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Kegiatan ini digelar mengingat wilayah Ponorogo memiliki tingkat kerentanan terhadap bencana gempabumi karena dilintasi oleh Sesar Grindulu yang aktif dan memiliki kondisi geologi yang dapat memperkuat guncangan gempa.
Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG Setyoajie Prayoedhie, menyatakan bahwa sejarah kegempaan menunjukkan wilayah Ponorogo rentan terhadap guncangan gempa signifikan. Dalam rentang tahun 2021 hingga Agustus 2024 saja, telah terjadi 9 kali gempabumi yang dirasakan di Ponorogo dengan magnitudo bervariasi antara 4,5 hingga 6,7.
“Skala intensitasnya II hingga IV MMI. Alhamdulillah tidak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Getaran gempa bumi ini dirasakan di wilayah Ponorogo dan sekitarnyA,” kata Setyoajie di Ponorogo, Jawa Timur, Rabu (15/10).
Ia menambahkan, risiko tersebut diperparah oleh karakteristik geologi lokal yang didominasi batuan apung, pasir, dan lempung. Kondisi ini dapat menyebabkan efek amplifikasi lokal, di mana guncangan gempa menjadi lebih kuat. Hal ini membuat risiko kerusakan bangunan menjadi lebih tinggi jika tidak didukung oleh konstruksi tahan gempa.
Penyelenggaraan SLG di Ponorogo, yang juga menandai 10 tahun atau satu decade perjalanan program ini–merupakan wujud kehadiran negara dalam membangun budaya sadar, siaga, dan selamat. Program ini melibatkan berbagai unsur, mulai dari pemerintah daerah, aparat, akademisi, hingga masyarakat untuk memberikan edukasi, latihan, dan simulasi secara langsung.
“Kami berharap para peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan baik, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat diterapkan dan ditularkan di lingkungan masing-masing,” ujar Setyoajie.
BMKG juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan seluruh pihak yang terlibat dalam upaya bersama memperkuat kesiapsiagaan menghadapi bencana. Melalui SLG, diharapkan akan lahir kader-kader tangguh bencana yang dapat memperluas jejaring komunitas siaga di tengah masyarakat.
Anggota Komisi V DPR RI, Supriyanto, menegaskan bahwa edukasi kebencanaan seperti SLG merupakan kunci penting untuk membangun kesadaran masyarakat dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Menurutnya, pemahaman bahwa bumi adalah entitas yang dinamis dan terus bergerak menjadi fondasi utama dalam upaya mitigasi bencana di tengah perubahan iklim dan meningkatnya populasi.
Ia menekankan bahwa peran BMKG telah bertransformasi secara signifikan seiring perkembangan zaman. BMKG merupakan institusi strategis yang datanya sangat menentukan bagi berbagai sektor krusial.
“Seluruh sendi kehidupan modern sangat terkait dengan informasi dari BMKG. Data BMKG menjadi penentu keselamatan penerbangan, acuan bagi petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian, hingga mendukung kelancaran transportasi dan perekonomian secara umum,” jelasnya.
Menghadapi kompleksitas kehidupan yang terus meningkat, Supriyanto mendorong masyarakat untuk proaktif memanfaatkan teknologi yang disediakan oleh BMKG untuk melindungi diri dan aktivitas ekonomi mereka.
“Saya mengajak seluruh peserta dan masyarakat luas untuk mengunduh serta memanfaatkan aplikasi Info BMKG di gawai masing-masing. Dengan teknologi di genggaman, kita bisa mengakses informasi cuaca dan peringatan dini secara cepat dan akurat,” pungkasnya.