Jakarta, 24 Juli 2024 - Sebanyak 10 Siswa SMA Unggulan Mohammad Husni Thamrin berkunjung ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Beberapa diantara siswa akan mengikuti Program Olimpiade Kebumian Tahun 2024.
Diawali dengan kunjungan ke Taman Alat Meteorologi, Siswa mendapat penjelasan dari Petugas Pengamat Cuaca, Nadya Al Habsyi mengatakan bahwa untuk pengamatan cuaca biasanya dilakukan secara manual menggunakan alat-alat di Taman Alat dan secara otomatis menggunakan Automatic Weather Station (AWS). Alat ini sudah termasuk sensor otomatis untuk mengukur suhu, tekanan, angin, dan curah hujan yang hasilnya ditampilkan di komputer untuk diolah.
Selanjutnya, Siswa berkunjung ke Ruang Climate Early Warning System (CEWS). Staf Bidang Diseminasi Iklim dan Kualitas Udara, Robbi Aziis Ramadhan menjelaskan cakupan bidang yang diamati oleh Kedeputian Bidang Klimatologi. "Kalau Klimatologi, itu mengamati soal jangka panjangnya, kalau cuaca biasanya hanya sampai 7 hari, kalau iklim berarti keadaan misalkan 1 bulan, minimal 10 hari," ujar Robbi di hadapan para siswa. "Atau kalau iklim, berarti kadar hujan apakah akan normal atau diatas normal, atau musim. Melihat kapan musim hujan dimulai atau apakah kemarau akan berakhir pada waktunya, seperti itu," lanjutnya.
Selain itu, Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim, Kadarsah turut memperkenalkan Klimaku yang merupakan media pembelajaran mandiri yang disediakan oleh Kedeputian Bidang Klimatologi untuk para siswa yang ada di Indonesia. "Saat ini juga ada Klimaku, ini inovasi media pembelajaran mandiri untuk para siswa. Materinya ada berbagai macam, mulai dari cuaca, penjelasan terkait alat ukurnya apa, apa itu validitas iklim, karakteristiknya apa, begitu. Ini juga ada visualisasinya untuk belajar, jadi silahkan saja bisa dipelajari. Lalu ada juga latihan untuk belajar sederhana, ada yang untuk SD, SMP sampai SMA," terang Kadarsah.
Lalu siswa diajak ke Ruang Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). Petugas Shift Info Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami, Akbar Rian Setyahagi menjawab keingintahuan para siswa terkait proses pengelolaan data dan informasi gempa yang dilakukan oleh BMKG. "Peringatan dan semua informasi gempa yang adik - adik dapatkan melalui twitter, sosial media BMKG itu data - datanya berasal dari sini. Jadi, disini kita melakukan analisa. Nah, paramaternya bagaimana? Jadi disini adik-adik bisa lihat, di Indonesia itu ada sekitar 600-an stasiun seismometer yang aktif melakukan justifikasi, kemudian sinyal gelombang dari stasiun dikirim dan ditampilkan realtime di layar, dan operatornya yang akan terus siap siaga melakukan analisa," ujar Akbar.
Reval sebagai salah satu siswa yang mengikuti program olimpiade kebumian mengatakan bahwa kunjungan ini sangat membantunya dalam mengumpulkan materi pembelajaran dan persiapan praktek. "Kunjungan ini sangat membantu, terutama waktu berkunjung ke sangkar meteorologi karena disitu ada alat - alat meteorologi yang kita pelajari, dan kita baru pertama kali liat langsung dan dijelaskan cara kerjanya, observasi hingga kalkulasinya bagaimana," ucap Reval.