Kupang - Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang menggelar acara pembukaan kegiatan Sekolah Lapang Iklim - Sosialisasi Agroklimatologi Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2019 tanggal 23 Mei 2019 bertempat di Kota Kupang. Peserta berjumlah 25 orang yang terdiri dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) maupun Pengendali Orgamisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) yang berasal dari petugas Provinsi (3 orang), Kota Kupang (4 orang), Kab. Kupang (10 orang), Kab. TTS (2 orang), Kab. TTU (2 orang), Kab. Belu (2 orang) dan Kab. Malaka (2 orang). Acara pembukaan ini dihadiri oleh Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. NTT, Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG serta beberapa pejabat pemerintah daerah dan pejabat BMKG di lingkungan Kota Kupang.
Dalam sambutan Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko, ST mengatakan bahwa suatu bangsa akan hidup sejahtera apabila kebutuhan pangan nasional tercukupi dengan baik. Sementara itu, kejadian iklim ekstrim semakin sering terjadi pada dekade terakhir ini yang menimbulkan banyak kerugian terhadap berbagai sektor, termasuk sektor pertanian.
Kejadian puso akibat kemarau panjang, penurunan produksi akibat terjadinya hujan yang terus menurus serta berkembangnya hama penyakit menyebabkan pola tanam yang buruk dan menjadi ancaman bagi ketahanan pangan nasional. Kejadian penyimpangan (anomali) iklim ditengarai sangat mungkin berulang kembali pada tahun dan musim mendatang sehingga menuntut kesiap siagaan sehingga BMKG sejak tahun 2011 telah menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) secara bertahap di provinsi sentra pangan Indonesia sebagai bentuk literasi iklim guna mengurangi dampak resiko iklim ekstrim.
Selanjutnya dalam sambutan pembukaan Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. NTT, Bapak Ir. Miqdonth S. Abolla, M.Si menyatakan pemerintah daerah sangat mengapresiasi BMKG dalam upaya membantu Dinas Pertanian untuk menjamin produksi, distribusi hingga bagaimana pangan dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Lanjutnya, produksi pangan khususnya padi mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir. Produksi padi terakhir dapat mencapai lebih dari 1 juta ton dibandingkan 5 tahun yang lalu yang hanya sekitar ± 940.000 ton. Namun peningkatan ini terjadi karena luas lahan pertanian yang diperbesar sedangkan untuk produktivitas pangan di NTT tidak mengalami peningkatan dan ini yang menjadi tantangan pemerintah saat ini. Menurutnya hal ini berkaitan dengan perubahan iklim yang sedang terjadi sehingga munculnya berbagai jenis hama/penyakit pengganggu tanaman, berkurangnya pasokan air serta meningkatnya bencana hidrometeorologi.
Selain itu berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2018-2023, menargetkan di tahun 2020 Prov. NTT akan memenuhi sendiri kebutuhan pangannya. Namun yang menjadi tantangan walaupun produksi padi saat ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya namun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat apalagi ditambah tren kebutuhan padi yang terus meningkat karena itu, pemerintah membutuhkan peran serta BMKG untuk mencapai target ini.
Di akhir sambutannya, beliau berharap peserta dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik dan dapat mendiskusi masalah-masalah yang dijumpai di lapangan terkait iklim dengan narasumber BMKG sehingga harapannya peserta mendapat suatu manfaat yang dapat dibagikan untuk petani di daerah-daerah.