Jakarta - Selasa (5/12), Ikatan Ahli Kebencana Indonesia (IABI) melakukan diskusi tematik terkait ancaman bencana hidrometeorologi di Hotel Central. Pada kesempatan itu, IABI menghadirkan beberapa narasumber yakni Dr. Widada Sulistya, DEA ( BMKG ), Tri Handoko Seto (BPPT), Triarko Nurlambang (UI), Agus maryono (UGM), Lilik Kurniawan (BNBP), dan Ridwan Yunus (UNDP).
Diskusi tersebut membahas bagaimana meningkatkan pelayanan peringatan dini cuaca atau early warning system yang berbasis risk based warning sehingga dapat dijadikan informasi evakuasi dini kepada masyarakat. Dengan adanya peningkatan ini, masyarakat umum diharapkan dapat mengerti dan memahami serta responsif sehingga dapat membentuk masyarakat tangguh bencana.
Sejak berdirinya tahun 2014, IABI memiliki kealihan di berbagai bidang kebencanaan, termasuk bencana hidrometeorologi. Sedangkan IABI mempunyai tiga fungsi, yaitu: 1. Sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebencanaan; 2. Sebagai sarana Komunikasi, Konsultasi dan Koordinasi antar anggota dan/atau antar organisasi profesi lainnya, dan; 3. Sebagai wadah untuk pembinaan dan peningkatan kompetensi kebencanaan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan instansi pemerintah yang memiliki peranan penting dalam penanggulangan bencana di Indonesia, khusus pada layanan informasi peringatan dini. Bencana hidrometeorologi tidak lepas dari pengaruh kondisi cuaca dan iklim. Karena itu, peringatan dini dari BMKG yang dihasilkan dari pengamatan yang tepat dan akurat terkait cuaca dan iklim menjadi sangat penting dalam membentuk masyarakat tangguh bencana.