Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-70, Tertujunya Mata Dunia Pada Isu Iklim dan Air

  • Hatif Thirafi
  • 24 Mar 2020
Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-70, Tertujunya Mata Dunia Pada Isu Iklim dan Air

Jakarta - Memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-70 yang jatuh pada tanggal 23 Maret 2020, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dan ketahanan air.

Hal ini berdasarkan semakin meningkatnya frekwensi bencana hidrometeorologis yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Seperti kekeringan yang dialami pada tahun 2019 lalu yang berdampak pada ketersediaan air bersih serta kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, curah hujan ekstrem pemicu banjir di beberapa tempat di awal tahun 2020 juga merupakan bencana yang berdampak luas yang diprediksi akan terus meningkat berdasarkan proyeksi perubahan iklim di masa mendatang.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memandang perlunya partsipasi masyarakat dalam meningkatkan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dan ketahanan air. Dwikorita mengungkapkan warga bisa ikut berperan dalam mitigasi dengan melakukan hal-hal yang tampaknya sederhana namun berdampak besar dalam upaya mencegah dampak buruk perubahan iklim.

"Hal-hal kecil bisa kita lakukan seperti membatasi penggunaan kendaraan bermotor, mulai beralih ke sarana transportasi umum, menghemat penggunaan listrik dan air, mengurangi penggunaan sampah plastik, dan menanam pohon di lingkungan sekitar. Ini tampak sepele tapi dapat mengurangi emisi gas rumah kaca," ungkap Dwikorita.

Bahkan, menurut Dwikorita, World Meteorological Organization (WMO) sebagai organisasi internasional yang khusus menangani cuaca dan iklim serta peduli dengan dampak perubahan iklim sehingga selalu mengkampanyekan ke seluruh negara untuk melakukan aksi nyata dalam mengurangi emisi karbondioksida untuk menahan laju kenaikan temperatur global.

Dwikorita menambahkan, dalam rentang waktu yang sangat panjang iklim telah berubah. Perubahan itu ditandai setidaknya oleh empat hal, pertama karena adanya perubahan/kenaikan temperatur secara global, kedua kenaikan tinggi muka air laut, ketiga semakin sering terjadinya kondisi cuaca ekstrim dan lainnya, dan keempat terjadi perubahan pola curah hujan. Itulah indikasi-indikasi dari perubahan iklim.

Sebagai contoh, data historis curah hujan di Jakarta selama 120 tahun yang dikumpulkan oleh BMKG teridentifikasi adanya trend intensitas dan frekwensi hujan ekstrem yang semakin tinggi, berkorelasi dengan kejadian banjir di Jabodetabek sejak 30 tahun terakhir (1990-an). Intensitasnya melonjak hingga mencapai 377 mm per hari di tahun 2020 ini.

"Salah satu dampak dari perubahan iklim ini adalah cadangan ketersediaan air yang semakin berkurang dan atau bahkan bisa menyebabkan kelebihan jumlah debit air pada waktu yang lain, "imbuh Dwikorita.

Gempabumi Terkini

  • 18 April 2024, 13:03:40 WIB
  • 3.9
  • 18 km
  • 0.69 LS - 133.53 BT
  • Pusat gempa berada di darat 54 km timur laut Kebar, Manokwari
  • Dirasakan (Skala MMI): II-III Kebar
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di darat 54 km timur laut Kebar, Manokwari
  • Dirasakan (Skala MMI): II-III Kebar
  • Selengkapnya →

Siaran Pers