Deli Serdang - Stasiun Meteorologi Kualanamu menyelenggarakan Seminar Online Meteonet-Disc #06 dengan tema "Iklim Indonesia : Kilas Balik 2020 dan Prospeknya di 2021".
Dalam Opening Speech yang diberikan oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, beliau mengapresiasi Stasiun Meteorologi Kualanamu atas penyelenggaraan Meteonet-Disc #06 yang mengangkat tema iklim. Diskusi terkait iklim Kembali mendapatkan momentum yang baik setelah Presiden Amerika yang baru Joe Biden yang akan komit kembali mengatasi isu-isu perubahan iklim global.
Perubahan iklim menjadi hal penting yang perlu dibahas akhir-akhir ini karena sangat menyangkut dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Contohnya fluktuasi temperatur dan CO2 di udara yang kemudian merubah kenyamanan manusia. Perubahan iklim juga berdampak terhadap peningkatan terjadinya bencana hidrometeorologi (cuaca ekstrem). Beliau juga mengajak seluruh peserta Meteonet-Disc #06 untuk bersama-sama berupaya mengatasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi, bersama-sama meninggalkan warisan lingkungan yang baik untuk anak cucu kita di kemudian hari.
Seminar online Meteonet-Disc #06 dilaksanakan secara langsung melalui ZOOM Meeting dan YouTube. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar dua ratus peserta secara Nasional dari internal BMKG, stakeholder, dan masyarakat. Dihadirkan dua Narasumber yang memberikan paparan dalam Meteonet-Disc #06, yaitu Supari selaku Sub Koordinator Bidang Peringatan Dini Iklim BMKG dan Syafrinal selaku Kepala Stasiun Klimatologi Deli Serdang
Dalam paparannya Supari menyampaikan tentang Kaleidoskop Iklim Tahun 2020 dan Prospeknya di Tahun 2021 dalam analisis secara nasional. Tahun 2020 iklim global diwarnai oleh adanya fenomena La Nina. Di awal Oktober 2020, BMKG telah merilis informasi aktifnya La Nina dan diprakirakan akan mencapai intensitas La Nina Moderate sampai dengan awal tahun 2021. Hadirnya La Nina Moderate ini memberikan dampak peningkatan curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia.
Tahun 2020 juga mencatatkan suhu tertinggi kedua selama 40 tahun terakhir, terpanas pertama di tahun 2016 saat terjadi El Nino Kuat. Selain itu, tahun 2020 menjadi tahun ketiga terbasah selama 20 tahun terakhir. Beliau juga menyampaikan bahwa secara umum kemarau tahun 2020 lebih pendek dibandingkan normalnya. Untuk prospek iklim tahun 2021, pada semester pertama diperkirakan La Nina akan berlanjut dan diperkirakan berakhir pada April-Mei serta kondisi IOD diperkirakan tetap netral. Beliau juga menambahkan perlunya diwaspadai peluang curah hujan tinggi pada Februari hingga April untuk daerah Jawa, Kalimantan bagian utara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Sementara itu, Syafrinal dalam paparannya membahas kondisi iklim di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2020 dan prospeknya di tahun 2021. Untuk wilayah Sumatera Utara, curah hujan ekstrem dominan terjadi di akhir tahun yang berdampak terhadap terjadinya banjir di beberapa wilayah, contohnya yang terjadi di Kabupaten Mandailing Natal yang mengakibatkan putusnya jalur transportasi darat dan jembatan. Secara umum wilayah Sumatera Utara saat ini masih mengalami musim hujan, kecuali di wilayah ZOM 12, 14, dan 16 yang diperkirakan akan memasuki musim kemarau di Januari 2021. Di awal 2021, suhu permukaan laut di perairan barat dan timur Sumatera Utara diperkirakan dalam kondisi anomali positif, yang berarti menambah penguapan di wilayah Sumatera Utara. Kondisi ini akan menuju netral hingga Mei 2021. Sirkulasi angin didominasi dari Timur Laut hingga Maret 2021 dan mulai melemah pada April 2021.
Seminar Meteonet-Disc #07 selanjutnya akan dilaksanakan pada bulan Februari 2021 dengan tema "Strategi Penatausahaan BMN di Lingkungan BMKG". Untuk Bapak/Ibu yang ingin menjadi Narasumber dalam kegiatan Meteonet-Disc dapat mengajukan permohonan melalui link bit.ly/NarasumberMeteonetdisc atau melalui email ke polonia.stamet@gmail.com