Kunjungan Kerja Kepala BMKG di Prov. Bali, Bahas Mitigasi Bencana Gempabumi dan Tsunami

  • Ibrahim
  • 26 Jan 2022
Kunjungan Kerja Kepala BMKG di Prov. Bali, Bahas Mitigasi Bencana Gempabumi dan Tsunami

BALI, (26/01) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyiapkan sejumlah jurus guna mengantisipasi bencana gempabumi dan tsunami yang sewaktu-waktu dapat menghantam Bandara Ngurah Rai, Bali.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan keberadaan Bandara Ngurah Rai ini sangat vital bagi Indonesia karena merupakan pintu masuk utama bagi para wisatawan dari berbagai negara. Bali sendiri merupakan salah satu destinasi wisata andalan Indonesia dan menjadi favorit wisatawan dunia. Selain itu berbagai agenda internasional sering diadakan di pulau tersebut.

"Jarak bandara dengan bibir pantai 0 meter dan ini sangat berpotensi besar tersapu tsunami jika sewaktu-waktu gempa besar melanda Bali," ungkap Dwikorita saat kunjungan kerja ke Bandara Ngurah Rai, Bali, baru-baru ini.

Dwikorita memaparkan, sedikitnya ada tiga upaya yang dilakukan BMKG untuk mengantisipasi ancaman bencana tersebut yaitu meningkatkan akurasi pemodelan terkait dengan bahaya Tsunami. Mengingat, bandara ini berada dipesisir pantai yang berhadapan dengan sumber gempa berpotensi tsunami / megathrust selatan bali.

Kedua, kata dia, yakni dengan memasang sistem informasi penerima informasi gempabumi dan tsunami (WRS New Generation) yang akan diintegrasikan kepada sistem yang ada di command center Bandara Ngurah Rai. WRS ini memungkinkan masyarakat dan seluruh pengguna bandara mengetahui adanya gempa bumi dan potensi terjadinya stunami dalam waktu kurang dari 5 menit atau sekitar 2-3 menit.

Ketiga, lanjut Dwikorita, BMKG akan melakukan upaya edukasi kepada stakeholder dan petugas yang terkait dengan penyelamatan di bandara tersebut dengan mengedukasi respon terhadap warning informasi gempa dan menyelenggarakan drill / Simulasi Latihan evakuasi terkait dengan respon informasi gempabumi dan tsunami untuk upaya penyelamatan di bandara.

"Mitigasi juga harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat untuk semakin meminimalisir dampak kerugian dan korban jiwa. Mengingat di lokasi sekitar bandar juga terdapat banyak kawasan ekonomi dan pemukiman penduduk," imbuhnya.

Dwikorita menyebut, realita ini hendaknya menjadi catatan bagi pemerintah saat hendak membangun infastruktur, mengingat wilayah Indonesia berada di lingkaran cincin api sehingga rawan terjadinya gempa bumi dan tsunami, Idealnya, kata dia, pembangunan berbagai fasilitas publik diarahkan di wilayah yang aman dari bencana untuk menghindari korban jiwa dan kerugian.

Sementara itu, dalam kunjungannya ke Bandara Ngurah Rai, Dwikorita juga memastikan seluruh peralatan penunjang keselamatan penerbangan di Ngurah Rai dalam keadaan prima. Data-data seperti iklim dan cuaca, arah angin, curah hujan dan sebagainya yang dikeluarkan BMKG sangat penting dalam membuat rencana penerbangan (flight plan). Data tersebut berperan penting dalam menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang.

Dwikorita meninjau kesiapan alat pengamatan Automated Weather Observing System (AWOS) yang berada di ujung landasan Bandara Ngurah Rai. AWOS tersebut dilengkapi sejumlah sensor seperti sensor suhu dan kelembaban, sensor tekanan, sensor curah hujan, sensor arah dan kecepatan angin, dan sensor radiasi matahari.

"Tidak lama lagi KTT G20 akan dilangsungkan di Bali, Oktober mendatang. BMKG pun telah melakukan berbagai persiapan, karena bandara ini (Ngurah Rai-red) selama penyelenggaraan akan sangat sibuk. Semua alat terus dicek guna memastikan berjalan prima guna menghasilkan data yang akurat, cepat, dan tepat," pungkasnya.

Dalam kunjungan kerja ini, Kepala BMKG juga menghadiri Rapat Tingkat Menteri untuk persiapan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang akan berlangsung di Bali pada bulan Mei 2022. Mengakhiri kunjungannya, Kepala BMKG melakukan pertemuan dengan Gubernur Bali Wayan Koster di Gedung Jaya Sabha, Denpasar.

Gempabumi Terkini

  • 07 Oktober 2024, 11:42:25 WIB
  • 3.3
  • 12 km
  • 7.05 LS - 111.75 BT
  • Pusat gempa berada di darat 18 km baratlaut Bojonegoro
  • Dirasakan (Skala MMI): II - III Bojonegoro, II - III Tuban
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di darat 18 km baratlaut Bojonegoro
  • Dirasakan (Skala MMI): II - III Bojonegoro, II - III Tuban
  • Selengkapnya →

Siaran Pers