Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Dinas Kesehatan Jakarta (Dinkes Jakarta), Dinas Kesehatan Bali (Dinkes Bali), dan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan kegiatan Webinar Iklim Terapan Seri 1 dengan judul "Antisipasi Penyebaran Penyakit DBD di Tengah Pandemi Covid-19 dengan Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Kesehatan", Senin (15/9).
Webinar ini bertujuan untuk Pengembangan layanan Peringatan Dini DBD berbasis Iklim seluruh provinsi Indonesia. Selain itu menyampaikan tinjauan kondisi Iklim Indonesia terhadap potensi kasus DBD ditengah pandemi covid19. Serta membangun diskusi dan sinergi kerjasama dalam pemanfaatan informasi iklim yang lebih optimal oleh stakeholder bidang kesehatan.
Dalam pembukaan webinar ini, Drs. Herizal, M. Si., selaku Deputi Bidang Klimatologi BMKG menjelaskan, bahwa setiap musim di Indonesia meninggalkan masalah-masalah tertentu. Musim hujan di Indonesia tahun ini diprediksi akan dipengaruhi oleh tambahan uap air, yaitu lebih basah dan lembab dari sebelumnya, tetapi memiliki suhu yang cukup hangat. Iklim seperti ini akan memicu berkembangnya nyamuk DBD.
"Karena itu, semakin cepat informasi tentang iklim disampaikan, semakin cepat juga kita bisa memitigasi masalah DBD, apalagi di tengah situasi pandemi seperti sekarang ini," jelas Herizal.
BMKG sebagai institusi penyedia layanan klimatologi dan kualitas udara saat ini diwajibkan untuk memberikan produk layanan yang berbasis kepada dampak, salah satunya adalah kepada sector kesehatan. Hal ini sesuai dengan Kerangka Global untuk Layanan Iklim (Global Framework for Climate Services/GFCS) yang telah dirumuskan oleh WMO.
"GFCS bertujuan untuk memungkinkan para peneliti dan produsen serta pengguna informasi untuk bekerja sama untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan iklim di seluruh dunia. Sehingga produk dan informasi iklim nanti dapat digabungkan dengan data lain sesuai kebutuhan pengguna, termasuk salah satunya data penyakit DBD," lanjut Herizal.
Sebagai contoh tindak lanjut, BMKG telah merintis kerja sama dengan Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta dan Institut Teknologi Bandung mengembangkan Peringatan Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah DKI Jakarta. Peringatan dini DBD berbasis iklim ini (DBDKlim) dikembangkan untuk informasi peringatan DBD sedini mungkin yang didasarkan pada parameter iklim (kelembaban udara) dan jumlah kasus DBD.
Selain itu DBDKlim juga menghasilkan peta angka DBD skala bulanan untuk 3 bulan ke depan di provinsi DKI Jakarta, dimana prediksi dibagi menjadi tiga kategori, hijau artinya aman, orange wasapada dan merah artinya awas. Tiap kategori memiliki tingkat penanganan yang berbeda untuk mengurangi penambahan jumlah kasus DBD di wilayah Jakarta
Dengan adanya kegiatan webinar ini, diharapkan dapat mengedukasi masyarakat agar hal-hal negatif yang disebabkan oleh perubahan iklim bisa diminimalisasikan, khususnya dalam hal mengetahui apa yang harus dilakukan agar tidak terjangkit DBD. Dengan begitu, dapat mengurangi beban tenaga kesehatan yang ada di Indonesia, terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Kegiatan ini diadakan secara virtual lewat aplikasi zoom, juga melalui live streaming di youtube resmi BMKG. Beberapa narasumber yang membawakan materi pada webinar ini adalah Dr. drh. Didik Budijanto. M. Kes, selaku Direktur P2P Tular Vektor dan Zoonotik Kemkes RI; dr. Ketut Suarjaya, MPPM, selaku Kepala Dinkes Bali; dan dr. Mirsal Picasso dari Dinkes DKI Jakarta; serta Marjuki, M.Si selaku Kepala Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG. Pembahasan materi dibawakan oleh Kepala Bidang Litbang Klimatologi dan KU - BMKG Dr. Ardhasena Sopaheluwakan dan, Kepala Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi - ITB Dr. Nuning Nuraini.