
Kembali ke Berita Utama
Langkah Nyata, BMKG dan Jabar Sepakati Kolaborasi Penguatan Sistem Peringatan Dini
12 March 2025
Valdez Dwi
Berita Utama

Jakarta, 12 Maret 2025 — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) strategis guna memperkuat ketangguhan wilayah terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrem, serta risiko bencana geologis seperti gempa dan tsunami. MoU ini dinilai sebagai langkah konkret dan progresif yang menjadi tonggak baru dalam sejarah kolaboratif antara institusi ilmiah dan pemerintah daerah.
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan salah satu yang tercepat dan paling komprehensif sejak berdirinya BMKG. “Kami sangat bersyukur, hanya dalam waktu kurang dari 72 jam sejak pertemuan terakhir, langkah nyata sudah terwujud. Ini mencerminkan adanya political will dan political action dari Gubernur yang luar biasa dalam mewujudkan sains sebagai dasar kebijakan pembangunan,” Kata Dwikorita dalam sambutannya.
BMKG memandang MoU ini bukan sekadar dokumen administratif, tetapi sebagai bentuk komitmen bersama dalam meningkatkan ketahanan masyarakat melalui edukasi, mitigasi risiko bencana, serta penguatan sistem peringatan dini berbasis data ilmiah. “Sains tanpa dukungan kebijakan tidak akan berdampak nyata. MoU ini memperkuat jembatan antara pengetahuan dan kesejahteraan,” ujar Dwikorita.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan pentingnya peristiwa tersebut menjadi titik balik dalam membangun kesadaran kolektif akan pentingnya kesiapsiagaan dan tata kelola lingkungan yang lebih bijak. Dalam pernyataannya, Gubernur Dedi menegaskan bahwa tahun ini harus dimaknai sebagai tahun kesadaran—sebuah momen evaluasi dan pembenahan agar kejadian serupa tidak terulang. Ia juga menyampaikan harapannya agar momentum ini menjadi pijakan bagi kerangka kerja yang lebih tepat dan berkelanjutan dalam menghadapi potensi bencana di masa mendatang.
“Tahun ini adalah tahun kesadaran. Tahun kesadaran setelah ada bencana ini, kita sadar kita ini harus siap dalam meletakkan perangkap musibah. Nah, untuk itu saya mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan ini kerangka kerja yang tepat.”
MoU ini mencakup kolaborasi di bidang literasi iklim, penguatan sistem observasi cuaca, peningkatan alat peringatan dini, serta pelatihan gladi bencana secara rutin. Kepala BMKG menekankan bahwa dengan adanya kerja sama ini, masyarakat dapat lebih cepat mendapatkan informasi cuaca, potensi bencana, hingga kualitas udara secara akurat.
BMKG juga mengingatkan bahwa potensi cuaca ekstrem masih tinggi di beberapa wilayah Jawa Barat hingga Juni 2025. Wilayah seperti Majalengka, Sumedang, Cirebon, Kuningan, Garut, dan Sukabumi menjadi daerah yang perlu diwaspadai karena potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu longsor dan banjir.
Selain itu, BMKG menyoroti risiko gempa dan tsunami di wilayah pantai selatan Jawa Barat, terutama jika terjadi gempa megathrust di zona subduksi selatan Banten. Oleh karena itu, BMKG berharap hasil kerja sama ini juga mencakup simulasi evakuasi rutin dan penguatan bangunan tahan gempa di wilayah rawan.
Kepala BMKG juga menyampaikan bahwa MoU ini diharapkan dapat menjadi model kerja sama antara lembaga ilmiah dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.