Kembali ke Berita Utama

BMKG Dorong Rencana Kontingensi dan Panduan Operasional AMPD Siklon Tropis di DIY: Dorong Early Action by All untuk Mitigasi Risiko

19 December 2024

Rana Hanifah

Berita Utama

BMKG Dorong Rencana Kontingensi dan Panduan Operasional AMPD Siklon Tropis di DIY: Dorong Early Action by All untuk Mitigasi Risiko

Yogyakarta, 19 Desember 2024 – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menghadiri kegiatan Rencana Kontingensi dan Panduan Operasional Adaptasi Mitigasi Perubahan Iklim dan Dampak (AMPD) untuk menghadapi siklon tropis, Kamis (19/12). Acara yang diadakan di Yogyakarta ini dibuka oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti WFP Project Manager Supply Chain Katarina Kohutova, Asisten Deputi Kedaruratan dan Manajemen Pasca Bencana Kemenko PMK Merry Efriana, Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo, dan Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad.

Dwikorita menekankan pentingnya langkah-langkah dini (early action) dalam mencegah dampak buruk siklon tropis terhadap keselamatan jiwa dan ekonomi masyarakat. “Dengan semangat untuk mencegah korban jiwa, kerugian materiil, dan kerugian sosial ekonomi, kegiatan ini menjadi inisiatif luar biasa yang menargetkan kesiapsiagaan semua pihak di sini,” ujar Dwikorita.

Ia juga menggarisbawahi seruan Sekretaris Jenderal PBB pada 2022 tentang “Early Warning for All“, yang menekankan perlunya tidak hanya peringatan dini tetapi juga tindakan dini oleh semua pihak. “Goal utama dari upaya ini adalah ‘zero victims’ – tidak ada korban jiwa yang seharusnya terjadi jika early warning dapat diikuti oleh early action,” tambahnya.

 

Dampak Pemanasan Global terhadap Cuaca Ekstrem

Dwikorita memaparkan tren peningkatan suhu global yang telah mencapai 1,45°C di tahun 2024 dibandingkan dengan masa pra-industri (1850–1900). Ia mengingatkan bahwa batas aman yang disepakati dalam Kesepakatan Paris adalah kenaikan maksimum 1,5°C pada tahun 2100, sementara kondisi saat ini sudah mendekati ambang batas tersebut.

Peningkatan suhu global telah menyebabkan anomali suhu muka air laut di Indonesia, yang mencapai 1°C hingga 2°C di atas normalnya. Hal ini mempercepat siklus hidrologi, meningkatkan frekuensi cuaca ekstrem, serta memperbesar risiko banjir, badai tropis, dan gelombang tinggi.

Dwikorita juga mengapresiasi inisiatif Pemerintah Provinsi DIY yang telah menetapkan rencana kontingensi sebagai langkah antisipasi. Ia menyebut bahwa situasi cuaca ekstrem, termasuk munculnya bibit siklon tropis secara terus-menerus sejak November hingga Desember, menggarisbawahi perlunya latihan berkelanjutan dan kolaborasi lintas sektor.

“Kondisi ini bisa menjadi kenormalan baru. Latihan kesiapan seperti ini sangat penting agar kita tidak hanya bergantung pada doa, tetapi juga tindakan nyata dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem,” tegas Dwikorita.

Acara ini menyoroti peran strategis BMKG, pemerintah, dunia usaha, TNI/Polri, dan komunitas masyarakat dalam membangun kesiapan menghadapi bencana hidrometeorologi. Dengan melibatkan berbagai pihak, BMKG berharap upaya mitigasi ini dapat diimplementasikan secara efektif di tingkat lokal hingga nasional.

“Kami mengapresiasi seluruh pihak yang berpartisipasi. Kesiapan ini menjadi langkah penting untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk bencana, tidak hanya untuk hari ini tetapi juga untuk masa depan,” tutup Dwikorita.

Berita Utama Lainnya

Perkuat Diseminasi Informasi, BMKG Jalin Kolaborasi Jaringan Komunikasi Satelit

Perkuat Diseminasi Informasi, BMKG Jalin Kolaborasi Jaringan Komunikasi Satelit

BMKG Dukung Strategi Maritim Nasional Dalam Persiapan Audit IMSAS 2025

BMKG Dukung Strategi Maritim Nasional Dalam Persiapan Audit IMSAS 2025

Di Depan Komisi V DPR, BMKG Beberkan Prestasi STMKG Dari Riset Bencana hingga Kiprah Internasional

Di Depan Komisi V DPR, BMKG Beberkan Prestasi STMKG Dari Riset Bencana hingga Kiprah Internasional