Kupang, 29 Juni 2018 - Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang menggelar kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tahap III Tahun 2018 yang pesertanya terdiri dari 5 kelompok tani di Desa Boentuka, Kab. Timor Tengah Selatan (TTS).
Acara pembukaan ini dihadiri oleh Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Kepala Balai Besar Wilayah III MKG, Kepala Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG, para KUPT se-Nusa Tenggara Timur, Ketua Komisi II DPRD Kab. TTS, Sekretaris Dinas Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikutura dan Perkebunan Kab. TTS serta perwakilan dari Pemda Provinsi NTT maupun Kab. TTS. Selain itu, turut menghadiri para tamu undangan dari negara Timor Leste antara lain, General Secretary of Ministry Agriculture and Fisheries (MAF), The Global Climate Change Alliance Programme in Timor Leste (GCCA-TL), Director National of Meteorology and Geophysics Timor Leste serta Sekretaris Konsulat Timor Leste di Kupang sebagai bagian dari implementasi kerjasama antara Pemerintah RI dan Timor Leste. Lebih kongkretnya BMKG telah menularkan konsep SLI ke negara tetangga tersebut sejak tahun 2015 diawali pelaksanaan SLI Tahap I di Dilli dan Ermera hingga Tahap III pada tahun ini.
Dalam sambutan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikutura dan Perkebunan Kab. Timor Tengah Selatan yang diwakili oleh Sekretaris Dinas, Bapak Frans Nitsae mengatakan bahwa pemerintah daerah setempat mengapresiasi atas dipilihnya lokasi Kab. TTS untuk kegiatan Sekolah Lapang Iklim. Lanjutnya, Kab. TTS merupakan salah satu lumbung padi di NTT namun semakin hari petani merasakan adanya pergeseran kearifan lokal (local wisdom) sehingga semakin menyulitkan petani untuk melakukan penanaman. Harapannya, adanya kegiatan ini membuat petani agar lebih peduli dengan informasi iklim yang dikeluarkan BMKG sehingga kedepannya hasil produktivitas padi daerah semakin meningkat.
Bapak Cesar Jose Da Cruz selaku General Secretary of Ministry Agriculture and Fisheries (MAF) Timor Leste juga menambahkan bahwa di negara Timor Leste juga mempunyai benih padi yang sama dengan di Indonesia, iklimnya pun hampir tidak berbeda jauh dengan kondisi iklim di Daratan Timor NTT. Oleh karena itu Timor Leste akan ikut berpartisipasi belajar bersama-sama dalam kegiatan Sekolah Lapang Iklim ini dengan mengirimkan 13 perwakilan sebagai tindak lanjut dari MoU yang telah dimiliki oleh Timor Leste dan BMKG.
Dalam sambutan pembukaan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang dibacakan oleh Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan, Bapak Guswanto, M.Si mengatakan Ketahanan pangan nasional merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu bangsa. Sementara itu, kejadian iklim ekstrim semakin sering terjadi pada dekade terakhir ini yang menimbulkan banyak kerugian terhadap berbagai sektor, termasuk sektor pertanian. Kejadian penyimpangan (anomali) iklim ditengarai sangat mungkin berulang kembali pada tahun dan musim mendatang sehingga menuntut kesiap siagaan kita, baik dari sisi kami (BMKG) sebagai penyedia informasi peringatan dini iklim ekstrim, juga dari sisi (Bapak/Ibu) para petugas penyuluh pertanian, yang berbekal informasi iklim dari BMKG bersentuhan langsung dengan petani.
BMKG sejak tahun 2011 telah menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) secara bertahap di provinsi sentra pangan Indonesia sebagai bentuk literasi iklim guna mengurangi dampak resiko iklim ekstrim. Melalui Sekolah Lapang Iklim ini BMKG juga telah menjadi contoh sukses pelaksanaan program literasi iklim di negara kawasan ASIA-PASIFIK terhitung sejak tahun 2015. Bahkan dengan Timor Leste didukung pendanaan dari Global Climate Change Alliance Programme in Timor Leste (GGCA-TL) secara rutin dalam 4 tahun terakhir ini. Dengan perluasan jangkauan SLI di kancah internasional menunjukkan bahwa BMKG dalam hal ini Pemerintah Indonesia telah berperan aktif dan turut berkontribusi membantu negara lain dalam pengelolaan informasi iklim untuk mendukung ketahanan pangan.