Hari Minggu, 19 Agustus 2018 Pulau Lombok kembali diguncang gempabumi yang signifikan, dengan parameter sebagai berikut:
Update parameter gempa bumi
Dikirim dalam waktu : 4 menit 06 detik setelah gempa terjadi berdasarkan data dari 35 sensor. Kemudian diperbaharui menjadi M=6,9 berdasarkan data dari 144 sensor.
Dengan memperhatikan lokasi episenter gempabumi M=6,9 yang terletak di ujung timur Pulau Lombok dan diikuti sebaran episenter gempa yang mengikutinya yang membentuk kluster episenter dengan sebaran ke arah timur hingga di sebelah utara Sumbawa Barat maka dapat disimpulkan bahwa gempa yang terjadi merupakan aktivitas gempa baru yang berbeda dari gempa berkekutan M=7,0 yang terjadi pada 5 Agustus 2018.
Meskipun seluruh aktivitas gempa yang terjadi berkaitan dengan struktur geologi sesar naik Flores tetapi antara gempa M=7,0 dan gempa M=6,9 yang terjadi baru saja memiliki bidang deformasi yang berbeda.
Hasil analisis mekanisme sumber gempabumi ini menunjukkan gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Dampak gempa M=6,9 berdasarkan laporan dari masyarakat dan hasil analisis peta guncangan menunjukan bahwa guncangan dirasakan di daerah Lombok Utara dan Lombok Timur mencapai VI-VII MMI. Sementara itu di Lombok Barat, Mataram, Praya dan Sumbawa memiliki intensitas V-VI MMI. Guncangan juga dirasakan di Denpasar dan Waingapu dengan skala III-IV MMI, di Ruteng dengan skala II-III MMI, di Makassar I-II MMI.
Skala intensitas VI-VII MMI artinya struktur bangunan standar dapat mengalami rusak sedang dan bangunan tidak standar dapat mengalami rusak sedang hingga berat. Sedangkan skala intensitas III-IV MMI artinya semua orang merasakan namun belum terjadi kerusakan, tapi dalam kondisi bangunan yang sudah terguncang beberapa kali bisa saja menimbulkan kerusakan.
Hingga tanggal 20 Agustus 2018 pukul 12.00 WITA, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 106 aktivitas gempa susulan (aftershock), diantaranya 9 gempabumi dirasakan. Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.***
Jakarta, 20 Agustus 2018
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Prof. Ir. DWIKORITA KARNAWATI, M.Sc., Ph.D.