Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), U-INSPIRE INDONSIA, Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATSI) dan Indian Ocean Tsunami Information Centre UNESCO-IOC menggelar seminar secara online / Web Seminar (Webinar) Sosialisasi Panduan Evakuasi Tsunami di Masa COVID-19 secara online pada Jumat, (5/6/2020).
Webinar ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi panduan yang harus diperhatikan apabila diperlukannya proses evakuasi dalam masa krisis peringatan dini tsunami, yaitu sesaat setelah terjadi gempa dan/atau pemicu lainnya (longsoran dibawah laut atau letusan gunung api di laut), disaat tsunami menerjang, sampai setelah ancaman tsunami dinyatakan selesai, apabila terjadi dalam masa pandemic COVID-19. Selain itu, seminar ini ditujukan juga untuk Unit Pelaksana Tugas (UPT) BMKG, BPBD provinsi/kabupaten/kota, stakeholder terkait kebencanaan dan masyarakat.
Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, Ph.D bersama Kepala Pusat Gempabumi Tsunami BMKG Rahmat Triyono, ST, Dipl. Seis, M.Sc. berpartisipasi menjadi pembicara, selain itu turut serta hadir Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan, ST., M.Si, Direktur Peringatan Dini BNPB Ir. Afrial Rosya, Dr.-Ing Widjo Kongko dari Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsL), Prof. Ir. Reini D. Wirahadikusuma selaku Rektor Institut Teknologi Bandung dan Head of Indian Ocean Tsunami Information Centre (IOTIC) Ardito Kodijat sebagai pemateri dalam webinar ini.
Dalam paparannya Dwikorita menyampaikan bahwa Tantangan yang harus dihadapi saat ini semakin kompleks dan beragam. Adanya peningkatan kondisi ekstrem alam yang menimbulkan fenomena anomali-anomali kebencanaan dan multihazard, serta ditambah dengan situasi pandemi Covid-19 membutuhkan lompatan inovasi teknologi yang semakin muktahir dengan manajemen big data yang handal.
"BMKG melakukan investasi melalui InaTEWS untuk mengejar lompatan teknologi. Kapasitas storage 2018 setara dengan kapasitas yang ada di JMA tahun 1988 (ketinggalan 20 th) sebagai salah satu dasar untuk invest dalam mengejar lompatan teknologi, agar target tercapai yaitu peringatan dini tsunami dalam waktu 2 menit," ujar beliau.
Melanjutkan paparannya, Dwikorita mengungkapkan bahwa sistem teknologi pasti ada kelemahannya, sehingga beliau mengingatkan bahwa jangan puas dengan sistem yang sudah dibangun sekarang, penting sekali untuk menggalakkan budaya Kearifan Lokal, mengingat tsunami cepat yang mengancam sebagian besar wilayah pesisir Indonesia.
Beliau mengatakan, "terutama dalam kondisi pandemi Covid-19 diharapkan adanya kolaborasi masyarakat sebagai komponen yang rentan terhadap bencana agar dapat beradaptasi dan mengantisipasi bencana gempa dan tsunami dengan prosedur kesehatan yang sesuai dengan standar Covid-19."
Mengakhiri paparannya, Dwikorita berpesan bahwa kondisi Pandemi Covid-19 ini memaksa kita untuk beradaptasi dengan mengubah pola perilaku dan pola hidup masyarakat. Perubahan ini pun, tidak terbatas pada level masyarakat saja, tapi juga pada level intitusional maupun pemerintahan. Kewajiban untuk selalu menerapkan protokol Physical Distancing menjadi pertimbangan utama.
"Hal ini tentu menjadi perhatian kita bersama, mengingat dalam kondisi darurat bencana gempabumi dan tsunami, aktivitas mengungsi dan evakuasi cenderung akan memicu orang-orang untuk berkumpul dan saling berdekatan. Sehingga evakuasi dengan physical distancing menjadi sangat perlu diterapkan selama masa darurat Covid-19 ini.," pungkas beliau.