Bali - Senin (12/3) Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG kembali melakukan pengamatan lapangan terkait kualitas udara ambien pada saat seminggu menjelang hingga perayaan hari raya Nyepi di Bali. Kegiatan ini dilaksanakan selama lebih kurang 10 (sepuluh) hari sejak tanggal 9 hingga 18 Maret 2018.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi pola perubahan kualitas udara ambien yang ditandai dari adanya konsentrasi gas rumah kaca dan partikulat dengan menganalisis tingkat penurunan relatif emisi gas rumah kaca dan partikulat dibandingkan dengan seminggu sebelum perayaan hari raya Nyepi, sebagai bukti pengukuran langsung dan indikator untuk mengklarifikasi kontribusi aktifitas manusia (penduduk lokal) sebagai pemicu meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca dan partikulat di wilayah Bali.
Penempatan alat pemantauan gas rumah kaca dan partikulat yang tersebar di 6 titik pengamatan, terdiri dari 5 lokasi di seputar pulau Bali antara lain: Balai Besar Wilayah III Denpasar, Stasiun Klimatologi Jembrana (Negara), Stasiun Geofisika Karangasem (Karangasem), Koramil Baturiti (Bedugul), Kodim Buleleng (Singaraja) dan 1 lokasi di Banyuwangi terletak di Stasiun Meteorologi Banyuwangi. Pengukuran ini dilakukan untuk memperkaya data pengukuran serupa yang telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2013, 2015, dan 2017.
Momentum ini perpaduan yang harmonis antara antara kearifan lokal dan perayaan hari suci yang hanya terjadi di sebuah pulau di Indonesia selama setahun sekali dan satu-satunya di dunia, diharapkan dapat memberikan pembuktian ilmiah bahwa aktifitas manusia berkontribusi dalam perbedaan kualitas udara ambien pada saat Nyepi sebagai hari bebas polusi, bebas suara bising, dan bebas energi selama 24 jam. Hal ini juga sebagai penguatan upaya Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim, dengan wujud aksi nyata mereduksi emisi gas rumah kaca dan partikulat pencemar udara.