Kembali beredar di masyarakat isu kemarau panjang dan kekeringan yang akan melanda mulai tahun 2019 hingga tahun berikutnya. Isu tersebut meluas di jejaring media sosial, pesan berantai, dan muncul juga dalam artikel di komunitas online, tulisan di blog hingga dokumentasi ceramah dan voice-over informatif di Youtube. Muatan daripada isu tersebut intinya adalah: "BMKG Prediksi Kemarau Panjang Tahun 2019 hingga 2022 : keluarnya Dajjal telah sangat dekat ?". Klaim itu disebut bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, BMKG. Ada pula yang menyebutnya bersumber dari BMKG Eropa.
Isu tersebut semakin menjadi rancu dan membingungkan manakala dicampuradukkan dengan argumentasi agama tentang akhir zaman dan siaran informasi resmi BMKG yang menyatakan bahwa terdapat peluang fenomena El Nino skala lemah pada kuartal akhir 2018 dan prediksi musim hujan yang dinyatakan akan terlambat awal masuknya sebagaimana rata-rata klimatologisnya. Kerancuan klaim itu misalnya menyebutkan bahwa isu tersebut merupakan informasi valid yang disukung banyak , misalnya dengan menyebut, penelitian diluar negeri banyak yang memprediksikan kemarau panjang mulai tahun 2018 atau 2019 sampai 2020. Disebutkan datanya cukup valid dari berbagai sumber. Indikasinya adalah posisi air bawah tanah semakin dalam atau makin jauh dari permukaan, dan tingkat pengendapan air (precipitation) di tanah makin berkurang. Lalu efek dari El Nino yang menyebabkan kemarau.
Deputi Klimatologi BMKG, Herizal menyatakan bahwa "BMKG sudah membantah isu yang meresahkan tersebut melalui berbagai media hampir tiap tahun, namun tiap tahun juga isu tersebut terus beredar-ulang." Untuk meyakinkan pembaca, klaim dimunculkan dalam bentuk tangkapan layar atas artikel The Guardian yang dimasukkan ke dalam artikel.
Nukilan artikel The Guardian itu jika dicermati menjadi sumber dari video informatif Youtube yang beredar pada Juli 2017. Video menjelaskan (seperti judulnya) bahwa informasi itu disebut berasal dari "BMKG Eropa". Yang video itu maksud adalah Met Office, BMKG-nya Inggris Raya, yang menjadi rujukan artikel The Guardian.
Herizal menjelaskan bahwa artikel The Guardian yang dirujuk dan disisipkan dalam artikel blog itu judul artikel aslinya adalah "Here is the Weather Forecast for the Next Five Years: Even Hotter". Isinya kurang lebih membahas tentang lonjakan suhu global sepanjang tahun 2016, seiring dengan peningkatan emisi gas rumah kaca dan fenomena cuaca El Nino: "Global temperatures will continue to soar over the next 12 months as rising levels of greenhouse gas emissions and El Niño combine to bring more record-breaking warmth to the planet."
Selain memuat informasi prakiraan lonjakan suhu global, artikel itu juga menyebut meskipun fenomena El Nino dihilangkan pengaruhnya, tapi tren peningkatan suhu masih tetap berlanjut. Disebutkan, lonjakan suhu global diprediksi bakal terjadi pada periode tahun 2018, 2019, dan 2020.
"Tidak ada yang salah dalam artikel di dalam The Guardian ini, karena membicarakan fakta kecenderungan suhu global yang diprediksikan terus naik menimbulkan tahun tahun yang lebih panas sebelumnya, dan sama sekali tidak menyinggung kekeringan panjang."
Herizal menerangkan kalau BMKG juga sudah menyampaikan pendapat melalui media masa dan menegaskan bahwa isu yang beredar tersebut adalah hoaks. "Sekalipun benar ada kondisi perubahan iklim akibat kecenderungan naik pemanasan global pada periode klimatologi hingga saat ini, pola musiman sebagai pola utama iklim Indonesia tetaplah ada yaitu, adanya musim penghujan dan musim kemarau. Artinya, tidak ada musim kemarau yang berlangsung sepanjang tahun bahkan hingga menyeberang tahun. Ada kalanya musim kemarau dapat menjadi lebih parah tingkat keringnya atau menjadi lebih lama berlangsungnya kalau ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah EL Nino."
Amplifikasi atas kabar berantai itu terjadi karena ketidakhati-hatian dalam memahami konteks riset/studi mutakhir soal tren peningkatan suhu global. Selain itu, ada upaya pembuat misinformasi yang mengaitkan topik pemanasan global dengan pemahaman atas keyakinan tertentu, yakni soal kiamat.
Pemutakhiran terbaru prakiraan BMKG dari data hingga 1 Oktober 2018 menyebutkan, 68% wilayah akan terlambat awal musim hujannya. Awal Musim Hujan di 342 Zona Musim (ZOM), 43.% diprediksikan akan mulai pada bulan November 2018, 22.8% di bulan Oktober di sebanyak 78 ZOM, dan selebihnya di bulan Desember 2018.
Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis 30 tahun (periode 1981-2010), Awal Musim Hujan 2018/2019 umumnya akan mundur (68.4%), normal sesuai klimatologisnya di 78 ZOM (22.8%) dan maju sebanyak 30 ZOM (8.8%). Selebihnya, 147 ZOM meliputi sebagian Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Kalimantan, Papua akan mulai musim hujan pada November 2018 dan 85 ZOM lainnya akan mulai pada Desember 2018.
Sementara itu, BMKG dan lembaga internasional lainnya telah memantau adanya anomali suhu muka laut melebihi 0.5C di Samudera Pasifik bagian tengah dalam seminggu terakhir, peluang El Nino meningkat hingga dengan 70% apanila kemungkinan El Nino berkembang pada akhir tahun ini. Intensitasnya belum dapat dipastikan, tetapi kecil kemungkinannya berkembang menjadi El Nino yang kuat seperti kejadian El Nino 2015.
Jakarta 13 Oktober 2018
Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara