Hari Minggu, 29 Juli 2018, pukul 00.07.22 WIB, wilayah Laut Flores diguncang gempabumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempabumi ini berkekuatan M=6,1 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=5,9. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 7,23 LS dan 122,69 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 124 km arah utara Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur pada kedalaman 583 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dalam akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi di wilayah Laut Flores ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan sesar turun (normal fault).
Berdasarkan laporan dari masyarakat, guncangan gempabumi ini dirasakan di daerah Waingapu dalam skala intensitas II SIG-BMKG (III MMI). Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami
Hingga pukul 00.30 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock). Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.*
Jakarta, 29 Juli 2018
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG
RAHMAT TRIYONO, S.T, Dipl. Seis, M.Sc.
- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.