Ravalnas BMKG 2024, Mendorong Transformasi BMKG Berkelas Dunia

  • Ibrahim
  • 26 Jan 2024
Ravalnas BMKG 2024, Mendorong Transformasi BMKG Berkelas Dunia

Jakarta, (25/01) - Biro Perencanaan BMKG menggelar Rapat Evaluasi Nasional Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tahun 2024, bertempat di Hotel Mandarin Oriental. Ravalnas BMKG 2024 mengusung tema "Evaluasi Kinerja dan Anggaran Untuk Wujudkan Tata Kelola APBN yang Kredibel, Transparan dan Akuntabel Mendukung BMKG Berkelas Dunia. Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir dari rangkaian Siklus Kegiatan Perencanaan BMKG yang di laksanakan setiap tahunnya.

Dari Kegiatan Ravalnas ini diharapkan dapat memperoleh rekomendasi dan persamaan persepsi antara pusat dan daerah terkait kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan baik berupa kebijakan sumberdaya pembangunan, sistem penganggaran, strategi pelaksanaan dan sistem pengawasan untuk mencapai tujuan BMKG.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan sambutannya dengan mengapresiasi kontribusi semua pihak dalam pembangunan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) di seluruh Indonesia khususnya Kepala Stasiun MKG, Kepala Balai Besar MKG Wilayah I s/d V dan Kepala Unit Kerja Tingkat Pusat atas semua yang dilakukan untuk BMKG pada tahun 2023.

Dalam sambutannya, Dwikorita menekankan pentingnya waspada terhadap fenomena alam serta perkembangan teknologi. Ia mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan, evaluasi, dan refleksi anggaran serta kinerja di awal tahun 2024. Dwikorita menuturkan, "Saya berharap SDM BMKG diarahkan untuk menjadi "Global Player" dengan kompetensi ASN yang unggul, organisasi yang modern, ketersediaan data berkualitas, dan pemanfaatan teknologi".

Lebih lanjut, Dwikorita menyoroti perlunya pengawalan ketat dan sinergi dengan pihak terkait guna mewujudkan layanan prima dan mendukung keselamatan masyarakat. Dia menyatakan bahwa BMKG harus menjadi garda terdepan dalam menyikapi dinamika alam dan memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat.

Rapat Evaluasi Nasional BMKG Tahun 2024 menjadi momentum untuk mengajak seluruh keluarga besar BMKG serta pihak terkait untuk bersama-sama menjadikan BMKG sebagai lembaga yang berkelas dunia, siap berperan aktif dalam skala regional dan global.

Dalam Laporannya, Aries Erwanto selaku Kepala Biro Perencanaan menyatakan bahwa adapun hasil rekomendasi Ravalnas ini akan digunakan dalam penyusunan kebijakan tahun berikutnya (tahun 2025), yang akan dibahas dalam RAPERNAS Tahun 2024 yang rencananya akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024