Jakarta Rabu (27/1).Hampir 90 % wilayah Indonesia telah memasuki masa musim penghujan akan mencapai puncaknya pada akhir Januari dan Februari 2016. Meskipun saat ini El-nino masih berlangsung, kondisinya sudah semakin meluruh dan kembali ke netral hingga Maret-April 2016. Hal ini diutarakan Deputi Bidang Meterologi BMKG, Dr. Yunus Subagyo di depan Media Massa saat kegiatan jumpa pers BMKG bersama Kementerian Perhubungan di kantor Kemeterian Perhubungan RI.
Untuk Potensi hujan lebat di Indonesia yang diperkirakan akan semakin meningkat pada akhir Januari hingga Februari 2016, ditandakan dengan aktifnya monsoon dingin asia yang disertai dengan seruakan dingin, fase Madden Julian Oscillation (MJO) yang menunjukkan fase basah di wilayah maritim kontinen (Indonesia), Indian Ocean Dipole yang bernilai negatif, serta potensi daerah Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang akan semakin menguat.
Kondisi ini akan mengakibatkan potensi hujan lebat tak hanya di sekitar Sumatera dan Bagian Barat Kalimantan, tetapi berpotensi di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, NTB, Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku bagian tengah dan Papua bagian Tengah.
Selain itu, untuk potensi ketinggian gelombang laut, Yunus menuturkan bahwa akan berpotensi terjadinya gelombang tinggi 1.25 - 2.5 meter yang meliputi wilayah sebagian besar perairan barat Sumatera, perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Barat, Laut Natuna, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Perairan Kep. Sangihe, Laut Maluku, Perairan utara Papua dan Papua Barat.
Kesiapan Kementerian Perhubungan RI, Hadapi Cuaca Ekstrim
Untuk menghadapi cuaca ekstrim dan puncak musim hujan berdasarkan informasi dari pemantauan BMKG, maka Kementerian Perhubungan RI langsung melakukan kesiapsiagaan guna meningkatkan keselamatan transportasi darat, laut, dan udara.
`Kita disetiap Direktorat Jenderal Transportasi Darat, Laut, dan Udara, serta Perkretaapian telah melakukan berbagai langkah sebagai antisipasi menghadapi kondidi cuaca ekstrim dan musim hujan guna meningkatkan keselamatan transportasi,`ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Drs. Julius Asravida Barata MM saat memoderatori acara siang itu. Lanjutnya, Ia mengutarakan bahwa Menteri Perhubungan RI berharap perlu adanya sikap siaga di segala sektor transportasi Darat, Laut, dan Udara dan perlu adanya koordinasi dan dukungan BMKG untuk menyediakan informasi cuaca tehadap moda transportasi. Hal ini sangat penting untuk dilakukan.
Untuk sektor Transportasi Laut, Bobby Mamakit, Dirjen Perhubungan Laut mengatakan bahwa telah memerintahkan kepada Syahbandar, Asosiasi Kapal, dan Pengelola Pelabuhan (Pelindo) agar memperhatikan informasi peringatan cuaca dari BMKG serta selalu mengupdate informasi cuaca di website BMKG.
`Selain itu, kita juga telah memerintahkan kepada Syahbandar agar menunda surat persetujuan berlayar hingga cuaca baik`ucap Bobby. Sama halnya di Sektor Transportasi Udara selalu menggunakan informasi cuaca penerbangan, seperti Airmet (Hazard) dan SIGMENT (warning).
`Kita selalu menggunakan informasi cuaca dari BMKG sebelum terbang (penyesuaian flight plan), saat terbang (berupa visibility, kondisi angin, dan informasi daerah manasaja yang terkena dampak cyclone); dan info cuaca setelah penerbangan (pilot melaporkan kepada ATC selanjutnya nanti disampaikan kepada BMKG sebagai bahan update), `sambung Novie Riyanto, Direktur Navigasi Penerbangan Dirjen Perhubungan Udara .
Sementara di Setor Perkretaapian, melakukan kesiapan untuk menghadapi musim hujan dan melakukan pencegahan di beberapa wilayah titik longsor. Terakhir, untuk Sektor Transportasi Darat, Cucuk Mulyana, Direktur Angkutan dan Multi moda Ditjen perhubungan Darat menuturkan bahwa telah melakykan koodinasi dengan BMKG dan telah meneruskan informasi cuaca dari BMKG sebagai upaya pencegahan dari kecelakaan transportasi.