YOGYAKARTA - Stasiun Klimatologi (Staklim) Yogyakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama para petani di Pedukuhan Sawahan II, Kalurahan Bleberan, Playen, Gunungkidul. FGD ini berlangsung pada Kamis (11/11/2021).
Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta (BMKG) mempunyai tugas utama salah satunya memberikan informasi iklim di wilayah D.I. Yogyakarta. Tugas yang diemban cukup strategis sesuai dengan amanat Undang - Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang salah satunya adalah "pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika".
SLI merupakan salah satu upaya BMKG dalam Meningkatkan Literasi Iklim dan Diseminasi Informasi Untuk Pertanian, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2011, yaitu Pengamanan Produksi Beras Nasional Dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrem. SLI juga sejalan dengan program Nawacita Pemerintah, yaitu program Nawacita ke tujuh Mewujudkan Kemandirian Ekonomi.
Kepala Staklim BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan FGD ini merupakan tindak lanjut dari program Sekolah Lapang Iklim (SLI), yang dilaksanakan pada April lalu.
"Pelaksanaannya kami lakukan di Playen ini dan Kretek, Bantul," kata Reni usai kegiatan dilakukan.
SLI adalah program besutan BMKG dalam rangka memberi edukasi dan pemahaman tentang iklim pada petani hingga nelayan. Tujuannya, untuk meningkatkan produktivitas hingga kualitas hasil pertanian dan perikanan.
Pasca pelaksanaan SLI, Reni menyatakan ada peningkatan produksi pada hasil panen petani yang menjadi peserta. Terutama para petani kedelai di Bleberan, Playen tersebut.
"Ada peningkatan hasil panen kedelai sebesar 9 persen di tahun ini bila dibandingkan dengan 2020 lalu," ungkapnya.
Adapun pada 2020 lalu, hasil panen kedelai di Bleberan mencapai 1,4 ton per hektare (ha). Namun di tahun berikutnya hasil panen meningkat menjadi hingga 1.525 ton per ha.
Selain itu, terjadi peningkatan komoditas lain yaitu bawang merah. Pada komoditas tersebut terjadi peningkatan panen sebesar 15% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2020).
Peningkatan tersebut membuat pendapatan petani pun ikut bertambah. Tak hanya itu, pengetahuan dan wawasan petani tentang iklim dan cuaca pun meningkat hingga 26 persen.
"Sebelum mengikuti SLI pemahamannya 65 persen, namun setelahnya menjadi 91 persen," kata Reni.
Ia mengatakan FGD ini menjadi ruang bagi petani peserta SLI untuk memberikan saran dan masukan terkait program tersebut.
Hasil program SLI pun turut dipamerkan dalam bentuk Ekspose di halaman Balai Pedukuhan Sawahan II.
Reni mengatakan program SLI akan terus dilakukan guna meningkatkan pemahaman petani akan perubahan cuaca dan iklim. Sejak mulai dilaksanakan pada 2017 lalu, sudah 380 peserta yang menjadi alumni program SLI.
"Secara nasional, hingga September lalu ada 15.300 orang alumni SLI," ujarnya.
Kepala Bidang Penyuluhan, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, drh. Retno Widyastuti menilai SLI memberikan manfaat besar bagi sektor pertanian. Sebab iklim jadi salah satu faktor penentu dalam produktivitas hasil pangan.
Menurutnya, hanya faktor iklim yang tidak bisa diatur dalam pertanian. Itu sebabnya, pemahaman penting bagi petani agar mereka bisa cepat beradaptasi dengan perubahan cuaca hingga iklim yang tengah terjadi.
"Secara otomatis akan mengubah pola pikir hingga kebiasaan mereka di bidang pertanian," kata Retno.