BMKG Lepas Tim Ekspedisi Indonesia PRIMA 2019

  • Rozar Putratama
  • 12 Nov 2019
BMKG Lepas Tim Ekspedisi Indonesia PRIMA 2019

Jakarta - Senin (11/11), BMKG menggelar acara pelepasan tim ekspedisi Indonesia PRIMA (Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis) di ruang Auditorium BMKG Kemayoran, Jakarta. Pelepasan ini dipimpin langsung oleh Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. P.hD, didampingi oleh Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT, Ir. Yudi Anantasena, MSc, Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Dr. Ir. Safri Burhanuddin, DEA, serta perwakilan dari Science and Marine Officer US Embassy, Elisabeth Walton.

Dwikorita mengungkapkan bahwa kegiatan Indonesia PRIMA 2019 ini bertujuan untuk merawat RAMA buoy, melakukan pengamatan meteorologi maritim, oseanografi, klimatologi, kualitas udara, serta pengamatan udara atas. "Melalui kegiatan ekspedisi Indonesia PRIMA ini, kita berharap data-data mengenai meteorologi maritim, oseanografi, dan klimatologi dapat terkumpul dengan baik dan dapat dianalisis serta dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk ilmu pengetahuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia," tutur Dwikorita.

Kegiatan Indonesia PRIMA, lanjut Dwikorita, merupakan kegiatan kerjasama multiyear antara BMKG - NOAA yang sudah berlangsung selama 5 tahun, dan telah menghasilkan beberapa hasil penelitian yang telah disampaikan pada workshop tahunan BMKG - NOAA.

Ekspedisi Indonesia PRIMA kali ini akan dimulai sejak 12 November hingga 10 Desember 2019 dengan tema Observation to Understand the Complexity of Our Changing Oceans". Tim ekspedisi beranggotakan 15 orang yang terdiri dari 2 pakar kelautan NOAA, 12 personil/peneliti BMKG, 3 perwakilan dari akademisi, dan 4 peneliti BPPT. Mereka akan berlayar menggunakan kapal Baruna Jaya I milik BPPT.

Mereka, kata Dwikorita, sebagai pahlawan zaman kini yang berani melakukan kegiatan ekspedisi pelayaran ini yang bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan kesejahteraan rakyat.

Ekspedisi ini juga akan difokuskan untuk melakukan perbaikan pada Bouy dengan nomor ID RA163A, RT026, RT027, RA165A dan melepaskan 4 Bouy baru di Sekitar Samudera Hindia. Sistem terbaru pada bouy yang akan menyertakan sistem pengamatan karbon dioksida (CO2) di wilayah laut. Dengan sistem tersebut, identifikasi sinking dan source CO dari wilayah Samudera Hindia akan diidentifikasi dengan lebih baik.

Dwikorita berharap agar ekspedisi ini dapat menjadi wadah untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan dari NOAA ke BMKG. "Kalau sering bekerja sama dan melakukan analisis bersama dengan NOAA, nantinya akan berimbas pada pengembangan kapasitas dan pengalaman BMKG dalam menganalisis kondisi iklim dan cuaca," ungkapnya.

Selama pelayaran ini, sambung Dwikorita, diharapkan juga ada pengumpulan data untuk validasi data terkait pemodelan, proyeksi, dan prakiraan iklim dan cuaca yang telah kita lakukan selama ini.

"Pemodelan kita perlu divalidasi, kalau tidak ada Indonesia PRIMA kita kesulitan untuk memvalidasinya," tuturnya.

 

Gempabumi Terkini

  • 19 April 2024, 14:22:55 WIB
  • 3.5
  • 6 km
  • 2.93 LS - 119.40 BT
  • Pusat gempa berada di darat 8 km Tenggara Mamasa
  • Dirasakan (Skala MMI): III Mamasa
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di darat 8 km Tenggara Mamasa
  • Dirasakan (Skala MMI): III Mamasa
  • Selengkapnya →

Siaran Pers