Sampaikan Duka Cita, BMKG Minta Masyarakat Tetap Tenang Namun Waspada

  • Humas
  • 06 Agu 2018

JAKARTA (6 Agustus 2018) - Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat menyampaikan belasungkawa kepada para korban gempa Lombok. Ungkapan duka cita tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Senin (6/8).

Hingga kini, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Lombok mencapai 91 orang. Sebanyak 209 orang dilaporkan luka-luka.

Seperti diketahui, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat diguncang Gempa berkekuatan 7 SR, Minggu (5/8) pukul 18.46 WIB. Lokasi gempa berada di titik 8.37 LS dan 116.48 BT pada lereng Utara - Timur Laut G. Rinjani. Gempa terjadi pada kedalaman 15 km dan sempat dinyatakan berpotensi tsunami.

"Bagi keluarga yang ditinggalkan sanak saudara, dan kerabat semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi musibah ini dan bagi yang mengalami luka-luka semoga segera diberikan kesembuhan," ungkap Dwikorita.

Menurut Dwikorita, kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Oleh karena itu, kata dia, BMKG mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan untuk sementara waktu tidak berada dibawah bangunan-bangunan yang rawan runtuh. Selain itu juga menjauhi daerah lereng atau tebing batuan yang rapuh atau retak-retak karena dikhawatirkan rawan longsor, terutama saat terjadinya gempa susulan meskipun dengan magnitudo yang lebih kecil.

Dwikorita menerangkan berdasarkan pantauan BMKG, hingga pukul 11.00 WIB telah terjadi sebanyak 147 gempa bumi susulan. Namun demikian, kekuatan gempa bumi susulan semakin melemah dibandingkan gempa utamanya yg terjadi kemarin malam. Sehingga masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terlalu cemas dengan adanya gempa susulan tersebut.

"Magnitudo terbesar pada 5,7 SR dari kejadian gempabumi tadi malam. Dari 147 gempa bumi susulan, sebanyak 13 gempa yang dirasakan oleh masyarakat," imbuhnya.

Dwikorita menuturkan, munculnya gempa bumi susulan merupakan mekanisme alam guna menghabiskan energi gempa yang masih tersisa. Dengan demikian setelahnya batuan atau lempeng bumi kembali dalam kondisi stabil.

Lebih lanjut Dwikorita menerangkan, gempabumi yang mengguncang Pulau Lombok, Bali, Sumbawa, dan Jawa Timur Minggu (5/8) merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakkan Patahan Naik (thrust fault).

Lantas mengapa berpotensi tsunami meski letak episenter berada di darat. Dwikorita mengatakan, bahwa sumber gempabumi bukanlah suatu titik tetapi merupakan bidang patahan yang menerus atau melampar memanjang hingga bidang patahan atau robekan batuan tersebut masuk di dasar laut dekat Pantai Lombok di bagian utara. Hal inilah yang akhirnya memicu terjadinya tsunami.

"Sejak peringatan dini WASPADA tsunami dikeluarkan BMKG, telah terjadi tsunami kecil di empat titik. Masing-masing di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, dan Desa Lembar 9 cm, dan Benoa (Pukul19.58 WIB) 2 cm, dan kemudian Peringatan Dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada malam yg sama 5 Agustus yang lalu," paparnya.

"Status ancaman tsunami ini hanya pada level waspada (ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter). Prediksi status ancaman yang dibuat oleh BMKG dipandang cukup akurat karena ketinggian tsunami berdasarkan monitoring tide gauge ternyata memang mencapai kurang dari 0,5 meter," tambah Dwikorita.

Dwikorita kembali menegaskan bahwa mengingat epicenternya sangat berdekatan dengan gempa bumi yang terjadi pada 29 Juli 2018 lalu, BMKG menyatakan bahwa gempabumi yang terjadi tadi malam merupakan gempabumi utama (main shock) dari rangkaian gempabumi yang terjadi sebelumnya.

Gempabumi ini dirasakan oleh masayarakat di daerah Mataram dengan intensitas IV SIG-BMKG (VII MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan. Sedangkan di Bima, Denpasar, Karang Asem mengalami intensitas III SIG-BMKG (V-VI MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan ringan apabila memenuhi konstruksi standar bangunan aman gempa.

Gempabumi ini juga dirasakan di Kuta dengan intensitas II SIG-BMKG (IV MMI) yang artinya tidak ada kerusakan namun dirasakan oleh banyak orang. Sementara di Waingapu, Genteng, Situbondo, Malang dengan intensitas II SIG-BMKG (II-III MMI) yang artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah. Guncangan gempabumi ini dilaporkan menimbulkan kerusakan di Lombok dan sebagian dirasakan di wilayah Bali. Kejadian ini telah memakan korban jiwa dan kerusakan bangunan dan rumah.

Kondisi Cuaca di NTB

Sementara itu, terkait kondisi cuaca di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Dwikorita menjelaskan berdasarkan hasil pengamatan dari Stasiun Meteorologi Kelas II Bandara Internasional Lombok, bahwa suhu muka laut (SST) di sekitar NTB cukup hangat antara 26 - 27° celsius dengan anomali SST sekitar (-1°C) - (1°C). Angin permukaan di wilayah NTB bertiup dengan variasi arah dominan dari Tenggara hingga selatan dengan kecepatan angin maksimum 35 km/jam.

"Kondisi cuaca di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya di wilaya Mataram, Kota Bima, dan Sumbawa Besar untuk 3 hari kedepan diprakirakan cerah-berawan. Kondisi ini, tentunya diharapkan dapat mendukung Tim SAR gabungan untuk melakukan evakuasi dan penyisiran", ucap Dwikorita.

Sementara untuk tiga hari kedepan, kata dia, perlu diwaspadai gelombang yang mencapai lebih dari 2 m di Selat Lombok Bagian Utara, Selat Lombok Bagian Selatan, Selat Alas Bagian Selatan, Laut Sumbawa, Perairan Selatan Sumbawa, Samudera Hindia Selatan NTB dan Selat Sape sehingga masyarakat khususnya masayarakat pesisir dan nelayan perlu mewaspadai.

Diungkapkan, hingga saat ini BMKG terus memantau kondisi terkini pasca gempa dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ia mengimbau masyarakat untuk terus mengupdate informasi BMKG melalui aplikasi android dan iOS "Info BMKG", Twitter @infoBMKG dan website BMKG www.bmkg.go.id. (*)

Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI